Perbedaan Limbah Organik dan Anorganik
Limbah adalah sisa-sisa buangan dari kegiatan produksi ataupun kegiatan manusia yang tidak memiliki nilai dan tidak berguna lagi. Biasanya dihasilkan oleh kegiatan domestik, non-domestik ataupun sektor industri dan pertanian. Pembagian untuk kategori limbah yang banyak dipakai adalah berdasarkan jenis senyawa penyusunnya, yaitu limbah organik dan limbah anorganik.
Selain itu ada juga penggolongan limbah lainnya yang mana didasarkan pada wujudna (berupa limbah padat, limbah cair dan limbah gas) lalu berdasarkan pada sumbernya (limbah industri, limbah pertanian, dan limbah pertambangan).
Terdapat beberapa perbedaan yang bisa dikenali dengan mudah antara limbah anorganik dan organik. Berikut adalah daftar perbedaannya!
Ketahanan Akan Panas
Jika berbicara mengenai ketahanan kedua limbah ini akan adanya panas. Untuk limbah organik lebih mudah terbakar, dibandingkan dengan limbah anorganik yang memiliki ketahanan akan panas.
Metode Pengolahan Limbah
Kini Anda telah mengetahui perbedaan limbah organik dan anorganik, sekarang ada baiknya jika Anda memahami pula metode pengolahan kedua limbah tersebut. Limbah harus diolah dengan metode yang paling aman dan sesuai.Sehingga tidak menimbulkan kerugian di akhir. Setiap perusahaan atau industri harus memahami hal ini. Berikut ini adalah beberapa metode yang umum dilakukan dalam pengelolaan sampah organik dan sampah anorganik. Di antaranya sebagai berikut!
Metode Urug Saniter
Metode yang terakhir ini adalah metode yang membiarkan sampai ditimbun dahulu lalu dipadatkan dan ditutupi dengan tanah yang menjadi penutupnya. Biasanya akan disediakan lubang galian untuk bisa memendam tanah di dasar tanah.
Sekian pembahasan mengenai perbedaan limbah organik dan anorganik. Semoga ulasan ringkas di atas dapat menambah pengetahuan Anda. Masalah limbah selalu menjadi perhatian serius yang harus secara terus-menerus digencarkan. Sebab, limbah yang tidak dikelola dengan baik hanya akan menjadi sumber permasalahan yang lebih kompleks.
Limbah organik dan anorganik tidak hanya dihasilkan di sektor rumah tangga tapi juga di sektor industri. Sudah menjadi kewajiban bagi para pelaku industri untuk bertanggung jawab terhadap limbah yang mereka hasilkan.
Maka, para penggiat industri juga wajib memiliki pengetahuan mengenai hal ini. Perusahaan Anda dapat bekerja sama dengan MUTU Internasional sebagai penyedia jasa pengujian, inspeksi dan sertifikasi untuk beragam sektor industri. Mulai dari sektor kehutanan, perkebunan, manufaktur, logistic, sektor public, pelayanan, konstruksi, makanan, perikanan hingga energi.
Silahkan hubungi MUTU International melalui E-Mail: [email protected], Telepon: (62-21) 8740202 atau kolom Chat box yang tersedia. Hubungi MUTU International sekarang juga. Follow juga seluruh akun sosial media MUTU International di Instagram, Facebook, Linkedin, Tiktok, Twitter , Youtube dan Podcast #AyoMelekMUTU untuk update informasi menarik lainnya.
Berdasarkan Asalnya
Untuk mengetahui perbedaan kedua limbah ini, bisa dimulai dengan asalnya atau sumbernya. Limbah organik biasanya berasal dari sisa-sisa makhluk hidup yang sifatnya memang organik. Biasanya adalah berasal dari kotoran binatang, daun, ranting, kayu, sisa-saia makanan, buah, sayuran dan lain sebagainya. Sifatnya memang mudah membusuk dan mudah diuraikan.
Sementara asal atau sumber limbah anorganik adalah dari kegiatan produksi atau aktivitas manusia. Ada proses pencampuran senyawa kimia dalam menghasilkan sampah tersebut. Sumbernya tidak berasal dari organisme yang hidup, melainkan benda-benda mati. Seperti halnya plastik, kaca, botol minum, bungkus makanan dan lain-lain.
Reaksi yang Dihasilkan
Berdasarkan adanya sebuah penelitian, limbah organik reaksinya terhitung lambat dan tidak bisa menghasilkan senyawa garam. Sementara itu, untuk limbah anorganik reaksinya tergolong lebih cepat dan bisa menghasilkan senyawa garam.
Baca juga: Jenis Limbah dan Dampaknya Bagi Lingkungan
Kemudahan Dekomposisi
Perbedaan limbah organik dan anorganik yang berikutnya ada dari kemudahannya untuk mengalami proses dekomposisi. Apakah suatu limbah mudah diuraikan atau tidak? Untuk limbah organik merupakan limbah yang memiliki sifat urai tinggi. Karena asalnya yang merupakan dari makhluk hidup, membuat limbah ini juga mudah diuraikan oleh mikroorganisme.
Sementara itu, untuk limbah anorganik sifatnya cenderung sulit untuk diuraikan. Membutuhkan waktu puluhan hingga ratusan tahun agar dapat benar-benar terurai. Seringkali limbah anorganik menimbulkan banyak masalah jika tidak dikelola sebagaimana mestinya. Dampak buruknya bahkan hingga merugikan banyak sektor salah satunya lingkungan dan juga kesehatan makhluk hidup.
KOMPAS.com - Lingkungan tempat kita hidup tidak pernah terlepas dari masalah limbah, sebab setiap harinya aktivitas manusia pasti menghasilkan limbah.
Limbah pada dasarnya merupakan suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari suatu sumber hasil aktivitas manusia, maupun proses-proses alam dan tidak atau belum mempunyai nilai ekonomi.
Sejalan dengan definisi menurut Undang-Undang No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, limbah didefinisikan sebagai sisa atau buangan dari suatu usaha dan atau kegiatan manusia.
Limbah dapat dihasilkan dari berbagai aktivitas manusia dalam kehidupan sehari-hari seperti, aktivitas pasar, industri, peternakan, pertanian, serta rumah tangga.
Berdasarkan sifatnya, limbah dibedakan menjadi dua jenis, yaitu limbah organik dan limbah anorganik.
Berikut penjelasan mengenai limbah organik dan anorganik beserta perbedaanya:
Baca juga: Mengenal Prinsip Pengolahan Limbah dan Indikatornya
Jenis limbah yang mudah diuraikan atau mudah membusuk disebut limbah organik. Limbah organik merupakan limbah yang dapat diuraikan secara sempurna melalui proses biologi baik secara aerob maupun anaerob.
Pada dasarnya limbah organik adalah jenis limbah yang sebagian besar tersusun oleh senyawa organik, maka dari itu limbah jenis ini dapat mudah terurai secara alami dengan bantuan mikroorganisme.
Namun, bukan berarti limbah organik bisa dibiarkan begitu saja. Ia tetap saja limbah yang perlu penananganan agar tidak memberi dampak buruk terhadap lingkungan.
Baca juga: Bahan dan Proses Limbah Organik
Limbah anorganik didefinisikan sebagai segala jenis limbah yang tidak dapat atau sulit terurai serta sulit membusuk secara alami oleh mikroorganisme.
Penguraian limbah anorganik membutuhkan waktu yang lama bahkan hingga ratusan tahun, karena sifatnya yang tidak mudah terurai secara alami. Hal tersebut tentu akan berdampak buruk bagi lingkungan serta bagi seluruh makhluk hidup yang ada di bumi.
Baca juga: Pengertian Limbah Anorganik Lunak
Dilihat dari definisinya saja, kita sudah tahu bahwa limbah organik dan anorganik tentu memiliki perbedaan yang sangat berkebalikan.
Agar lebih dapat dipahami, berikut perbedaan limbah organik dan anorganik yang sudah terangkum dalam tabel di bawah ini:
Baca juga: Kriteria Parameter Limbah
Limbah organik terdiri dari dua jenis, di antaranya:
Baca juga: Produk Kerajinan dari Bahan Limbah Organik
Limbah anroganik dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu:
Baca juga: Limbah Gas: Pengertian dan Contohnya
Sampah menjadi salah satu isu lingkungan krusial di era modern saat ini. Aktivitas konsumsi yang tinggi oleh masyarakat, tak jarang menjadi penyebab meningkatnya jumlah sampah baik organik maupun anorganik.
Ironisnya, banyak masyarakat belum selektif dalam mengelola sampah. Sehingga hal tersebut berakibat pada pencemaran lingkungan dan berbagai masalah lainnya.
Salah satu hal penting yang kurang disadari oleh masyarakat adalah pemilahan sampah organik dan anorganik. Jenis sampah organik dan anorganik sebenarnya dapat diolah dengan cara yang berbeda.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dikutip dari laman resmi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng, Dinas Lingkungan Hidup Kota Tanjungpinang, dan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Kulon Progo, berikut adalah informasi mengenai perbedaan sampah organik dan anorganik beserta penjelasan dan contohnya.
Berdasarkan Senyawa Penyusunnya
Perbedaan limbah organik dan anorganik selanjutnya dapat dilihat dari senyawa yang menyusun limbah organik dan limbah anorganik. Tentu saja akan berbeda antara satu dengan yang lainnya. Untuk limbah organik biasanya disusun oleh senyawa utama yaitu karbon baik itu pada jenis limbah yang padat, cair, ataupun gas sekalipun. Selain itu, limbah organik juga memiliki ikatan hidrogen.
Sementara itu, bagi limbah anorganik biasanya memang tidak disusun oleh senyawa karbon. Disebabkan sumbernya yang bukan dari makhluk hidup maupun organisme. Namun biasanya sampah anorganik akan mengandung mineral. Untuk bisa mengidentifikasi senyawa penyusunnya juga bukanlah hal yang mudah, sebab tidak bisa dilakukan oleh orang awam dengan kasat mata.
Terdapat beberapa contoh limbah yang termasuk ke dalam limbah organik, yaitu dari sisa makanan, daun dan ranting berguguran, bangkai binatang, sisa-sisa sayuran ataupun buah-buahan, tinja dan banyak lainnya.
Sementara itu, untuk beberapa jenis dari limbah anorganik mencakup botol minuman, pecahan kaca, bungkus makanan, sampah plastik, elektronik rusak, kresek, ban bekas, besi, logam dan lain sebagainya yang memang tidak berasal dari makhluk hidup.
Pengertian Sampah Organik dan Anorganik
Sebelum membahas tentang perbedaan sampah organik dan anorganik, tentunya kita perlu mengetahui tentang pengertian apa itu sampah organik dan apa itu sampah anorganik. Berikut adalah penjelasannya.
Sampah organik merupakan sampah yang berasal dari sisa-sisa makhluk hidup, seperti hewan, tanaman, dan manusia. Sampah ini mudah terurai secara alami dan dapat diolah menjadi kompos atau pupuk organik lainnya.
Pengelolaan sampah organik yang baik dapat memberikan manfaat seperti mengurangi pencemaran lingkungan, menghasilkan pupuk organik, dan menghemat sumber daya alam. Sebaliknya, jika tidak dikelola dengan baik, sampah organik dapat menimbulkan penyakit dan bau tidak sedap.
Sampah organik terbagi menjadi dua jenis, yaitu:
Sampah organik kering, seperti daun kering, ranting pohon, dan tulang belulang, sering dianggap tidak bernilai dan dibuang begitu saja. Padahal, dengan pengelolaan yang tepat, sampah ini bisa diubah menjadi kompos, mulsa, atau bahkan bahan bakar alternatif.
Dibandingkan sampah organik basah yang mudah membusuk, sampah organik kering membutuhkan waktu lebih lama untuk terurai. Namun, bukan berarti sampah ini tidak bisa dimanfaatkan
Sampah organik basah merupakan jenis sampah yang berasal dari makhluk hidup dan memiliki kandungan air tinggi. Hal ini menyebabkan sampah ini mudah membusuk dan menimbulkan bau tidak sedap.
Dibandingkan dengan sampah organik kering, sampah organik basah memiliki tingkat dekomposisi yang lebih cepat karena kandungan airnya yang tinggi.
Meskipun mudah terurai, sampah organik basah dapat menimbulkan masalah lingkungan jika tidak dikelola dengan baik. Pembusukan sampah ini menghasilkan gas metana, salah satu gas rumah kaca yang berkontribusi terhadap perubahan iklim.
Oleh karena itu, penting untuk mengelola sampah organik basah dengan tepat, seperti dengan pengomposan atau pengolahan biogas.
Contoh sampah organik adalah sebagai berikut:
Sampah anorganik, seperti plastik, kaleng, dan styrofoam, merupakan sampah yang sulit terurai dan membutuhkan waktu lama untuk kembali ke alam. Sampah jenis ini berasal dari bahan non hayati, produk sintetik, dan hasil pengolahan bahan tambang.
Jika tidak dikelola dengan baik, sampah anorganik dapat mencemari tanah. Hal ini dikarenakan sampah anorganik sulit terurai dan akan tertimbun dalam tanah dalam waktu lama, sehingga merusak lapisan tanah.
Oleh karena itu, pengelolaan sampah anorganik menjadi sangat penting. Sampah anorganik dapat dipilah dan dimanfaatkan untuk kerajinan daur ulang atau diolah di pabrik. Untuk memudahkan proses pengelolaan, sampah anorganik biasanya ditempatkan di tempat sampah berwarna kuning.
Berikut adalah beberapa jenis dan contoh dari sampah anorganik:
Sampah anorganik jenis ini terdiri dari besi, baja, aluminium, tembaga, dan lain-lain. Contohnya kaleng bekas, besi tua, dan perkakas rumah tangga yang sudah rusak. Sampah logam dan produk olahannya dapat diolah kembali menjadi baja konstruksi, peralatan rumah tangga, dan lain-lain.
Plastik menjadi salah satu jenis sampah anorganik. Jenis sampah anorganik ini terdiri dari polietilen, polipropilen, polistirena, dan lain-lain. Contohnya botol plastik, kresek plastik, dan bungkus makanan plastik. Sampah plastik dapat didaur ulang menjadi botol plastik baru, tas plastik, dan lain-lain
Jenis sampah anorganik selanjutnya adalah sampah anorganik jenis kertas. Sampah anorganik ini terdiri dari kertas HVS, kertas karton, kardus, dan lain-lain. Contohnya koran bekas, majalah bekas, dan kardus bekas. Sampah kertas dapat diolah kembali menjadi kertas HVS baru, karton, dan lain-lain.
Kaca dan keramik termasuk dalam salah satu jenis sampah anorganik. Jenis sampah anorganik kaca dan keramik terdiri dari kaca botol, kaca gelas, keramik, dan lain-lain. Contohnya botol kaca bekas, pecahan kaca, dan keramik bekas. Sampah kaca dan keramik dapat didaur ulang menjadi botol kaca baru, keramik baru, dan lain-lain.
Jenis sampah anorganik yang terakhir adalah sampah anorganik jenis detergen. Sampah anorganik jenis detergen ini mengandung bahan kimia yang berbahaya bagi lingkungan. Contohnya sabun cuci piring, sabun cuci baju, dan deterjen bubuk. Sampah detergen harus diolah di tempat khusus untuk menghilangkan bahan kimia berbahaya sebelum dibuang ke lingkungan.